Pembelajaran Efektif dengan Metode Permainan
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran efektif dan inovatif dapat diadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di fikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan (A.Tarmizi Ramadhan, 2007: 2)
Selanjutnya A. Tarmizi Ramadhan (2007:3) menjelaskan untuk membangun metode pembelajaran efektif dan inovatif bisa dilakukan dengan cara mengakomodir setiap karakteristik diri siswa. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing siswa. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Menurut Depdiknas (2006:3) pembelajaran efektif setidaknya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Proses belajar
- Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya lingkungan Belajar
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Permainan Dalam Pembelajaran
Permainan (games) biasanya digunakan untuk memperagakan atau menirukan keadaan sebenarnya. Keadaan tersebut tidak bias dihadirkan langsung dalam ruang kelas. Melalui permainan yang dirancang khusus siswa dapat mengalami sendiri secara langsung suatu kejadian. Dengan permainan siswa dapat merumuskan pemahaman suatu konsep atau keterampilan misalnya menjelaskan paragraph atau teks yang memang tidak ada wujud bendanya. Permainan akan menjadi lebih menarik jika dimasukkan unsur-unsur persaingan atau perlombaan di dalamnya sekaligus sebagai unsur untuk menghibur (Suyatna, 2005:12).
Permainan dalam belajar jikadimanfaatkan secara bijaksana dapat memberikan manfaat antara lain: (1) menyingkirkan keseriusan yangmenghambat proses belajar; (2) menghilangkan stress dalam lingkungan belajar; (3) mengajak siswa terlibat penuh dalam kegiatan belajar; (4) meningkatkan proses aktivitas belajar (Meier, 2005:206). Pembelajaran tidak selalu membutuhkan permainan, dan permainan sendiri tidak selalu dapat mempercepat pembelajaran, namun permainan yang dilaksanakan dengan tepat dapat menambah variasi, semangat, dan minat pada sebagian program belajar (Suyatna, 2005: 15).
Teknik Permainan Belajar Sentence Stock Exchange
Teknik permainan belajar Sentence Stock Exchange bertujuan agar siswa dapat menyusun kalimat/paragraf secara padu. Alat yang dibutuhkan adalah stoples besar tembus pandang dan diisi potongan kalimat sebanyak-banyaknya. Potongan-potongan kalimat tersebut diperoleh dari menggunting beberapa paragraf pada teks narasi. Suyatna (2007:47) menjelaskan prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran sentence stock exchange sebagai berikut:
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3 sampai 4 siswa
- Masing-masing kelompok duduk melingkar dan tiap kelompok diberikan satu stoples berisi potongan kalimat dari sebuah paragraf.
- Siswa mengambil potongan kalimat mencari artinya kemudian memasangkan semua potongan kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu.
- Kegiatan ini dilombakan. Kelompok yang berhasil menyusun paragraf paling banyak mendapat skor tertinggi.
- Setelah waktu menyusun paragraf selesai masing-masing kelompok menyalinnya di kertas kerja, menterjemahkannya kemudian membacakannya di depan kelas.
Label: Model Pembelajaran
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda