Apa Titik Temu antara Ahadiyyah, Ein Sof, Atma, dan Tao? (1)

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar


Jika engkau bicara soal ketakterbandingan, engkau telah membatasi. Jika engkau bicara soal kesempurnaan, engkau juga membatasi. Jika engkau bicara soal keduanya, engkau tepat mengenai sasaran; engkau seorang pemimpin dan syekh dalam ilmu-ilmu makrifat. (Ibnu Arabi).

Tak seorang pun menegaskan keesaan Zat Maha Esa, sebab semua orang yang menegaskannya sesungguhnya mengingkarinya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak diterima oleh Zat Maha Esa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat. (Khaja Abdullah Anshari).

Dalam literatur tasawuf Yahudi (Kabbalah), Maqam Ahadiyyah dapat dihubungkan dengan Ein Sof yang secara harfiah berarti tanpa akhir (without end, the Infinite). Tuhan yang dalam sisi-Nya tak dapat dikenal (unknowable, indiscribable). Manifestasi Ein Sof melalui proses emanasi maka lahirlah apa yang disebut dengan sefirot.

Ein Sof dan sefirot merupakan dua hal yang tak terpisahkan, sebagaimana halnya Maqam Ahadiyyah dan Maqam Wahidiyyah yang dibahas dalam artikel yang lalu. Sefirot adalah esensi dari Ein Sof. Sefirot hanya merupakan efek atau akibat dari keberadan Ein Sof. Ia bagaikan lampu dengan cahayanya.

Cahaya sesungguhnya tidak ada tanpa keberadaan lampu. Sefirot nanti menjadi 10 manifestasi, namun satu sama lainnya tak terpisahkan dengan Sang Substansi, yaitu Ein Sof. Para kabbalis seperti Rabbi Gershom Scholem dan Rabbi Moses Luzzato berpendapat bahwa Ein Sof dan sefirot merupakan satu hal yang tak bisa dipisahkan.

Lebih tepat keduanya diterangkan dalam fenomena sebab akibat daripada Khalik dan makhluk. All the safirot are nothing but the Light of the infinite Himself (Semua aspek sefirot pada hakikatnya tidak ada, yang ada hanyalah cahaya dari ketakterbatasan-Nya sendiri).

Karena itu, banyak istilah yang sering digunakan para Kabbalis melukiskan Ein Sof, seperti Tuhan Yang Maha Tersembunyi (the Hidden and the Transcendent God), Penyebab Utama (The First Cause), Yang Maha Nyata (The Ultimate Reality), Yang Maha Taktermanifestasikan (The Unmanifest), Yang Maha Takterkomprehensifkan (The Incomprehensible), Yang Maha Taktertemukan (The Indiscrible), dan lainnya.

Istilah-istilah tersebut  juga sering ditemukan di dalam buku-buku tasawuf. Sefirot bukan hanya merepresentasikan kerja Ilahi, melainkan juga merupakan kelanjutan mekanisme kerja alam semesta dan hubungan relasional satu sama lainnya. Sefirot sebagai penghubung antara keterbatasan alam dan ketakterbatasan Tuhan.

Komentar

Postingan Populer